LRB Solusi Cerdas Mencegah Banjir dan Sampah
Editor: Mahadeva
Dengan adanya LRB, air akan lebih cepat terserap sehingga membantu mencegah terjadinya banjir. Sekaligus meningkatkan kualitas air tanah, jika dikelola lebih dekat dari sumbernya. Teknologi LRB juga memungkinkan sampah atau limbah cair dikelola langsung di sumbernya. Hasilnya, dapat dieroleh kompos. Dengan demikian biaya menjadi lebih murah, dan tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
“Terkait sampah, sampah berupa sisa makanan, kertas, daun kering dan lain lain bisa dimasukkan ke lubang bipori. Ini bisa menjadi pupuk kompos setelah 1 bulan. Sehingga selain berfungsi sebagai pengendali air, yakni saat musim hujan mengurangi banjir dan musim kemarau menambah sediaan air, lubang biopori sekaligus bisa menghasilkan pupuk kompos yang diperlukan tanaman,” terangnya.
Dalam penerapannya untuk pembuatan pupuk kompos, perlu dibuat secara berseling. Ini perlu dilakukan, karena terkadang ada pula sampah yang menjadi kompos lebih dari 1 bulan. “Khusus dedaunan, sebaiknya pastikan kering, hal ini akan mempercepat proses pengomposan. Tujuannya ketersedian pupuk akan selalu terpenuhi,” jelas Eko.

Dari penelitian sebelumnya, pengomposan di dalam LRB dengan menggunakan bahan beberapa jenis kulit buah, dalam hal ini kulit pisang dan kulit nanas, membutuhkan waktu 60 hari untuk mendapatkan kompos berkualitas baik. Kompos yang baik terindikasi dengan adanya warna bahan menjadi gelap, volume turun hingga sepertiga, rasio karbon terhadap nitrogen (C/N) mendekati 10, dan tingkat keasaman atau kebasa-an (pH) mendekati netral.