Transportasi Laut dan Darat di Lamsel Alami Penurunan Omzet

Editor: Makmun Hidayat

Operasional kapal roll on roll off (Roro) lintas Bakauheni-Merak menurut Yus Sondakh tetap berjalan normal. Namun imbas produksi muatan yang berkurang dari sisi pendapatan terjadi penurunan signifikan. Ia mencatat salah satu contoh pada KMP Adinda Windu Karsa dalam satu kali perjalanan (trip) mendapat penghasilan sekitar 30 persen.

Sebagai perbandingan kapal tersebut yang beroperasi pagi hari, Yus Sondakh mengaku bisa mendapat hasil minimal Rp20juta. Sementara saat sore hari dengan jumlah kendaraan ekspedisi,bus malam lebih banyak pendapatan bisa mencapai Rp25juta. Kini pendapatan saat pagi hari diakuinya hanya maksimal pada angka Rp10juta. Hal yang sama saat sore hari bisa mencapai Rp18juta.

“Selisihnya tentu tidak sebanding sementara biaya operasional kapal cukup tinggi sehingga bisa merugi,” beber Yus Sondakh.

Asmuni, Kepala Cabang PT Trimas yang mengoperasikan sejumlah kapal mengaku alami penurunan omzet. Terlebih bagi sejumlah kapal di dermaga reguler tanpa penumpang muatan hanya kendaraan ekspedisi, kendaraan pribadi. Sempat mengangkut sekitar 20 kendaraan per hari selama masa darurat Covid-19 muatan hanya mencapai 10 unit kendaraan besar.

“Sebelumnya kami memuat bus AKAP dan bus malam yang langganan tapi imbas pembatasan perjalanan muatan berkurang,” cetusnya.

Tanpa memuat penumpang pejalan kaki ia membandingkan omzet normal bisa mencapai Rp12juta. Namun imbas masa tanggap darurat secara tidak langsung penghasilan hanya mencapai Rp6juta. Sejumlah kapal yang masuk jadwal pelayanan diakuinya harus melayani lintasan Bakauheni-Merak dan sebaliknya dengan muatan yang minim. Terlebih saat Lebaran Idul Fitri mendatang dipastikan mudik diimbau tidak boleh dilakukan.

Lihat juga...