Pembangunan Fasilitas Wisata Pantai Tanjung Tuha, Terhenti

Editor: Koko Triarko

Meski kunjungan wisatawan umum terhenti sejak dua bulan dan secara resmi mulai 16 Maret lalu, pengunjung masih datang. Pengunjung yang datang, menurutnya merupakan warga penghobi memancing dengan sistem koyor. Para pemancing datang tidak untuk berwisata, namun mencari ikan baronang dan kakap di perairan pantai tersebut.

“Kunjungan ke pantai Tanjung Tuha dari luar wilayah tidak ada, hanya pemancing lokal kerap bersama keluarga,” terang Eko Prapto.

Selain pembangunan tracking mangrove yang terhenti, sejumlah pedagang yang biasa berjualan di pantai tersebut memilih berhenti operasi. Sebab, pedagang yang menyediakan makanan dan minuman ringan mengandalkan wisatawan yang berkunjung. Sejumlah warga dari sekitar Bakauheni yang datang untuk melakukan tradisi bersih diri atau ngelop, bahkan berkurang.

Penghasilan dari berdagang, menurut Eko Prapto sebagian bisa dipergunakan untuk pembuatan sejumlah fasilitas. Meliputi saung dari kayu dan bambu. Namun tidak adanya pemasukan sementara masa pandemi Corona, membuat sejumlah kegiatan pembangunan tidak bisa dilanjutkan.

“Kami tidak bisa melanjutkan pekerjaan pemeliharaan dan pembuatan saung baru karena pemasukan tidak ada sama sekali,” cetusnya.

Belum berakhirnya virus Corona, diakuinya membuat sektor pariwisata sangat terdampak. Sebab, objek wisata bahari Pantai Tanjung Tuha kerap ramai dikunjungi selama bulan suci Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.

Munculnya surat edaran bupati Lamsel nomor : 421/1294/IV.02/2020 tentang perpanjangan waktu pencegahan penyebaran Corona, membuat objek wisata dipastikan akan sepi.

Spot menarik jembatan pelangi atau tracking mangrove, saung, gardu pandang kini terlihat sepi. Sisa pembuatan tracking mangrove yang belum selesai diberi pagar, bahkan belum dikerjakan. Meski demikian, tanpa adanya kunjungan wisatawan, kondisi pantai tersebut terlihat lebih alami. Tanpa adanya kunjungan lingkungan pantai terlihat bersih dari sampah dan lebih asri.

Lihat juga...