Memanen Buah, Jadi Aktivitas Anak-anak di Lamsel Usai Belajar

Editor: Makmun Hidayat

Gilang (kiri) dan Pandu (kanan) warga Dusun Way Harong Desa Rangai Tritunggal Kecamatan Katibung Lampung Selatan membantu orangtua melakukan pemanenan duku saat masa panen, Kamis (16/4/2020). -Foto Henk Widi

Sekali panen dengan membantu mengumpulkan buah duku jatuh, Gilang kerap diupah Rp20.000 hingga Rp40.000. Meski demikian ia dan kawannya kerap hanya mendapat bagian buah duku. Upah hanya diberikan oleh pemborong yang membeli buah duku dari pohon. Sebab hasil panen akan kembali dijual sehingga anak anak akan diberi upah uang. Sementara bagi pemilik kebun ia dan kawan kawan kerap hanya diberi buah duku.

“Ikut membantu memanen menjadi hal yang menyenangkan karena bisa mendapat upah uang dan juga duku untuk dibawa pulang,” beber Gilang.

Kegiatan saat masa panen  buah duku diakui Gilang dan teman temannya hanya bisa dilakukan saat libur. Saat hari normal ia masih bisa membantu orangtua dilakukan usai pulang sekolah. Sekolah yang libur atau melakukan kegiatan belajar di rumah selama pandemi Covid-19 menurutnya menjadi kesempatan membantu orangtua.

Harjono, salah satu orangtua yang memiliki kebun duku mengaku tidak mengajak anaknya bekerja. Pada hari biasa saat libur ia menyebut kerap mengajak sang anak menunggu durian jatuh dan memanen duku. Bagi anak-anak di pedesaan membantu orangtua menurutnya menjadi kegiatan yang menyenangkan. Sebab saat masa pandemi Covid-19 anak anak dianjurkan tetap ada di rumah.

“Usai belajar dari TVRI anak-anak datang ke kebun, ikut membantu dengan pekerjaan ringan mengumpulkan buah duku yang jatuh,” terang Harjono.

Lihat juga...