Dakwah MUI: Pola Beragama Generasi Digital Menutup Pola Pikir
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Wakil Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. Thobib Al-Asyhar, M.Si., mengatakan sekarang ini era semua orang mengakses informasi melalui teknologi digital. Situasi ini lalu disebut dengan masyarakat (generasi) digital yang berkarakter khas dan unik, sangat berbeda dengan masyarakat dahulu.
“Kalau dulu waktu kita kecil tidak mengenal SMS atau Whatapps (WA). Untuk menelepon saja harus ke warnet. Ini sangat berbeda dengan masyarakat digital yang serba teknologi,” kata Thobid pada dakwah MUI online bertajuk ‘Pesan Islam di Era Digital’, di Jakarta, Kamis (30/4/2020).
Menurutnya, karakteristik masyarakat digital adalah setiap orang berhak menyampaikan sesuatu melalui media teknologi. Seluruh pesan itu semua sudah disampaikan melalui digital.
“Mereka ini cenderung menyukai hal praktis dan simpel, tidak mau repot termasuk dalam hal agama,” ujarnya.
Kaitan dengan keagamaan, jelas dia, hasil riset membuktikan pola beragama generasi digital menutup pola pikir. “Ini penting untuk dipahami para dai dan mubaliq untuk mengetahui tentang karakteristik pola beragama generasi digital itu,” imbuhnya.
Kemudian, tambah dia, bagaimana pesan pesan Islam yang bisa disampaikan dari era digital ini.
“Saya memberikan catatan, bahwa penyampaian pesan Islam pada era digital harus didasarkan pada konsep Alquran, seperti dalam proses penyampaian dakwah. Yakni, bermakna hikmah,” ujarnya.
Hikmah, jelas dia lagi, yakni penyampaian pesan Islam harus berdasarkan bukti-bukti yang rasio yang bisa diterima oleh akal.
“Ketika kita menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat digital bisa diterima secara alamiah,” katanya.