4.000 Jemaat Katolik di Banyumas tak Terkait Klaster Lembang
PURWOKERTO — Vikaris Jenderal Keuskupan Purwokerto Romo Yohanes Suratman menyatakan, dari sekitar 4.000 jemaat Gereja Katolik di wilayah Purwokerto, tidak ada yang mengikuti kegiatan di Lembang, Bandung. Artinya kemunculan klaster Lembang di Banyumas bukan berasal dari jemaatnya.
“Kita selalu memantau dan berkoordinasi, sampai saat ini tidak ada jemaat Gereja Katolik di wilayah Banyumas yang mengikuti kegiatan kerohanian di Lembang beberapa waktu lalu,” tegasnya, Minggu (26/4/2020).
Yohanes Suratman menjelaskan, secara garis besar gereja ada dua, yaitu Gereja Katolik dan Gereja Kristen. Untuk kegiatan Gereja Katolik di bawah Keuskupan Purwokerto, semua kegiatan secara resmi sudah dihentikan sejak tanggal 19 Maret lalu, sesuai dengan imbauan dari pemerintah. Dan belum bisa dipastikan penghentian kegiatan gereja ini sampai kapan.
Ia mengaku mendengar kabar tentang salah satu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang katanya habis mengikuti kegiatan di Lembang dan Yohanes Suratman memastikan itu bukan dari jemaatnya.
“Kegiatan rohani di Lembang beberapa waktu lalu diikuti oleh jemaat dari berbagai kota dan mungkin termasuk dari Banyumas. Tetapi saya tegaskan, jemaat kami tidak ada yang berangkat,” jelasnya.
Wilayah Keuskupan Purwokerto sendiri meliputa 12 kabupaten/kota yang berada di Jawa Tengah bagian barat, mulai dari Purworejo, Wonosobo, hingga ke Banyumas dan lain-lain. Jumlah total jemaat mencapai 70.000 lebih. Dan untuk wilayah Banyumas, jemaatnya sekitar 4.000.
Terpisah, Bupati Banyumas, Achmad Husein mengatakan, satu PDP dari Kelurahan Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas yang awalnya dikabarkan baru bertemu dengan komunitas gereja, sehingga dikategorikan Klaster Lembang. Namun, setelah dilakukan tracking lebih lanjut, ternyata PDP tersebut tidak terkait dengan Klaster Lembang.