Kerusakan Jalan di Jalinsum Hambat Distribusi Logistik

Editor: Koko Triarko

Pemilik usaha ekspedisi barang lainnya, Johan, juga menyebut kerusakan Jalinsum menjadi kendala. Pengangkutan barang dari Kabupaten Pringsewu, Lampung Tengah dan Pesawaran terpaksa dilakukan melintasi Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS). Meski harus mengeluarkan biaya ekstra, perjalanan lebih menghemat waktu. Sejumlah kendaraan yang melintas di Jalinsum, menurutnya meski mengeluarkan biaya murah, namun tidak efesien.

“Pengemudi tidak perlu mengeluarkan biaya membayar tol, namun risiko kerusakan kendaraan imbas jalan rusak bisa membuat biaya operasional tinggi,” tegas Johan.

Pemilik usaha ekspedisi, menurutnya tetap mengandalkan jasa penyeberangan atau pengurus truk (Petruk). Jasa petruk, menurutnya bisa membantu kendaraan yang mengalami kerusakan di jalan.

Bantuan untuk melakukan pengamanan, perbaikan kendaraan yang rusak sekaligus pembelian tiket dilakukan oleh Petruk di pintu masuk pelabuhan Bakauheni.

Saat terjadi masalah pada perjalanan, pemilik usaha ekspedisi membutuhkan jasa pengurus truk tersebut.

Kerusakan jalan yang berdampak pada usaha ekpedisi, juga diakui Warsa, ketua Dewan Pimpinan Cabang Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (DPC Gapasdap) Bakauheni.

Sejumlah operator kapal yang berada di lintas Bakauheni-Merak ikut terdampak jalan rusak. Sebab, imbasnya waktu perjalanan kendaraan akan terlambat lebih lama.

“Sejumlah kapal memiliki jadwal yang pasti, sehingga jika waktu berangkat sementara kendaraan belum tiba, akan ditinggal,” cetusnya.

Warsa juga menyebut, selain faktor kerusakan jalan, imbas Covid-19 juga berdampak pada usaha pelayaran. Sebab, berkurangnya jumlah penumpang berimbas produksi kapal menurun.

Lihat juga...