Kekhawatiran Resesi Dunia Meningkat Akibat Covid-19
NEW YORK – Kata-kata “bear market” (pasar yang lesu) dan “resesi” sedang digunakan dengan frekuensi makin meningkat ketika investor mencoba menilai seberapa parah wabah virus corona akan merusak pertumbuhan global, dan sejauh mana itu bisa lebih jauh membebani harga-harga aset.
Wabah yang makin cepat telah memicu ayunan keras di pasar di seluruh dunia. Banyak investor mengatakan, hanya ada sedikit kejelasan tentang lintasan apa yang akan diambil oleh virus dan seberapa efektif langkah pemerintah, sehingga sulit untuk mengukur seberapa besar kerusakan ekonomi yang telah dimasukkan ke dalam pasar-pasar aset.
Rabobank dalam sebuah catatan awal pekan ini, mengatakan strategi awal di sebagian besar negara-negara Barat, yang tidak melakukan apa-apa dan memberi tahu semua orang baik-baik saja, tidak efektif.
Ketika virus ini menyebar di Amerika Serikat, para investor menjadi makin khawatir tentang sejumlah faktor, termasuk apa yang oleh beberapa orang sebut sebagai tanggapan pemerintah yang tidak merata, kebingungan tentang jumlah kasus di negara ini dan kekhawatiran, bahwa mereka takut tertular virus atau pembatasan pergerakan yang diberlakukan pemerintah akan menekan belanja konsumen dan merusak perekonomian.
“Pasar belum mengetahui fakta. Kami berpikir 20 persen lebih rendah lagi di pasar ekuitas tahun ini,” kata John Lekas, CEO dan Manajer Portofolio Senior di Leader Capital, yang melihat kemungkinan resesi.
“Pada dasarnya kita baru saja melompat dari gedung 20 lantai dan kita berada di lantai 10.”
Sembilan belas orang telah meninggal dari sekitar 450 kasus virus corona baru yang dilaporkan di AS, yang berasal dari Cina dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Lebih dari 3.600 orang secara global telah terbunuh.