Budidaya Magot untuk Industri Pakan Perikanan

JAKARTA — Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengembangan budidaya magot (belatung) dalam rangka meningkatkan produksi industri pakan perikanan yang saat ini sangat dibutuhkan mengingat masih tingginya harga pakan di berbagai daerah.

“60-70 persen dari komponen biaya produksi diperuntukkan untuk pakan. Untuk itu, BRSDM mengembangkan magot untuk menjadi salah satu bahan pakan alternatif yang cukup terjangkau dan dapat dimanfaatkan,” kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (19/2/2020)

Sjarief memaparkan pihaknya juga telah menyelenggarakan “Pelatihan Budidaya Magot sebagai Pakan Alternatif” pada 18-19 Februari 2020.

Hal itu, ujar dia, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mendorong budidaya perikanan.

Pelatihan di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, diikuti antara lain para pelatih dari 5 balai pelatihan dan penyuluhan, penyuluh, perwakilan Dinas Kelautan Perikanan, dan akademisi pendidikan kelautan dan perikanan dari berbagai wilayah di Indonesia dalam pelatihan kali ini.

Kepala BRSDM KKP menyatakan, pakan merupakan komponen penting yang menjadi kunci untuk pertumbuhan ikan. Namun saat ini, tingginya harga pakan menjadi tantangan tersendiri dalam upaya pengembangan budidaya perikanan.

Magot merupakan larva berprotein tinggi yang dikembangkan dari serangga black soldier fly (BSF). Magot mengandung hingga 41-42 persen protein kasar, 31-35 persen ekstrak eter, 14-15 abu, 4.18-5.1 persen kalsium, dan 0.60-0.63 fosfor dalam bentuk kering.

“Kandungan protein tinggi yang terkandung dalam magot ini dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan sistem imun ikan,” jelas Sjarief.

Lihat juga...