Musim Penghujan, Peternak Unggas Mulai Kesulitan Pakan

Editor: Makmun Hidayat

Kaswari menyebut dalam sehari rata-rata menghabiskan sekitar 20 kilogram dedak. Sumber pakan tersebut diperoleh dari dedak penggilingan padi, ampas tahu, nasi sisa dari sejumlah warung. Sebelum diberikan pada ternak ia melakukan proses perebusan untuk memastikan kondisi pakan tidak terkontaminasi bakteri. Sebab dengan asupan pakan yang baik unggas jenis ayam, bebek dan angsa akan produktif bertelur.

Meski sulit mendapatkan pakan, Kaswari menyebut unggas miliknya cukup produktif. Sebanyak 50 ekor ayam, 10 ekor angsa dan sekitar 50 ekor bebek memasuki tahap produksi. Sebagian ayam jenis ayam kampung menghasilkan telur yang sebagian digunakan sebagai bibit. Jenis ternak bebek yang produktif menghasilkan rata-rata 20 butir telur. Angsa yang bertelur rata rata menghasilkan 5 butir telur perpekan.

“Telur yang dihasilkan sebagian dijual untuk tambahan membeli pakan sebagian dikonsumsi,” papar Kaswari.

Jenis telur angsa yang memiliki ukuran besar menurutnya bisa dijual seharga Rp20.000 per butir. Namun dalam kondisi telur tidak menetas meski telah dierami bisa dijual dengan harga Rp50.000 per butir. Sebagian telur angsa bahkan sengaja tidak ditetaskan karena memiliki harga jual yang tinggi. Meski harga pakan tinggi dan sulit dicari ia masih bisa mencari sumber pakan lain.

Sebagai sumber pakan alternatif, Kaswari menyebut kerap membeli ikan asin sampah. Ikan asin sampah merupakan sortiran ikan yang tidak layak dijual. Ikan tersebut selanjutnya digiling dan dicampurkan bersama pakan dedak dan jagung giling. Harga ikan asin sampah dibeli dari nelayan seharga Rp30.000 untuk ukuran 20 kilogram. Campuran tepung ikan menjadi asupan yang baik agar unggas miliknya bertelur.

Lihat juga...