Mengenal Penghitungan Eratosthenes untuk Keliling Bumi
Editor: Makmun Hidayat
“Saat itu, satuan jarak yang digunakan adalah Stadia. Yaitu suatu satuan jarak yang mewakili 0.16 kilometer per satu Stadia. Dan jarak Syenen dengan Alexandria itu sekitar 5.000 Stadia atau sekitar 800 kilo,” paparnya.
Dengan mempertimbangkan garis semu yang ditarik ke pusat bumi, maka ditemukan sudut yang dapat membentuk suatu persamaan matematika.

“Dari konsep sederhana ini, akhirnya Eratosthenes berhasil menghitung keliling bumi yang didasarkan pada lokasi dia berada. Saat itu perhitungannya yang didapat adalah 252.000 Stadia. Dipercaya, bahwa jarak yang didapat itu setara dengan 39.690 km,” ucapnya.
Tapi perlu ditekankan, bahwa penghitungan ini bukanlah penghitungan keliling bumi di wilayah ekuatorial.
“Terlepas dari satuan yang ada saat itu, sistem ini dipercaya cukup akurat untuk menghitung keliling bumi sesuai dengan tempat penghitungan. Artinya, kalau kita mau menghitung keliling di Ekuatorial, maka kita harus melihat bayangan dan sudut di wilayah Ekuatorial. Dan kita menggunakan persamaan yang sama, maka akan didapatkan hasil keliling bumi di Ekuatorial,” kata Roni seraya menunjukkan ilustrasi penghitungan Eratosthenes.
Roni menyatakan metode ini bisa dipelajari oleh masyarakat umum karena cukup sederhana dan bisa digunakan bagi pecinta langit amatir untuk belajar menghitung keliling Bumi.
“Walaupun ada kurang dan lebihnya, metode Eratosthenes ini secara akurasi cukup mengejutkan. Karena dengan penghitungan yang dilakukan saat ini, yang dilakukan dengan alat yang lebih mutakhir, ditemukan keliling bumi yang diukur melewati kutub-kutubnya adalah 40.008 km,” pungkasnya.