BMKG: Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Hujan Ekstrem

Ilustrasi [Px]

Curah hujan ekstrem tertinggi juga terkonsentrasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Pengukuran BMKG menunjukkan curah hujan tertinggi tercatat di Bandara Halim Perdana Kusuma 377 mm/hari, di TMII 335 mm/hari, Kembangan 265 mm/hari, Pulo Gadung 260 mm/hari, Jatiasih 260 mm/hari, Cikeas 246 mm/hari, dan di Tomang 226 mm/hari.

Sebaran curah hujan ekstrem tersebut lebih tinggi dan lebih luas dari pada banjir-banjir sebelumnya, termasuk banjir Jakarta 2007 dan 2015.

Curah hujan 377 mm/hari di Halim Perdana Kusuma rekor baru sepanjang ada pencatatan hujan di Jakarta dan sekitarnya, sejak pengukuran pertama kali dilakukan pada 1866, zaman kolonial Belanda.

Analisis meteorologis pada 1 Januari 2020 menunjukkan penguatan alisan Monsun Asiavdan indikasi jalur daerah konvergensi massa udara/pertemuan angin monsun intertropis (ITCZ) tepat berada di atas wilayah Jawa bagian utara

ITCZ memicu pertumbuhan awan yang cepat, tebal, dan masif akibat penguapan dari lautan sekitar Pulau Jawa yang sudah menghangat dan menyuplai kelimpahan massa uap air bagi atmosfer di atasnya.

Analisis beberapa kejadian banjir besar di Jakarta pada masa lalu, misalnya pada 1918, 1979, 1996, 2002, 2007, 2013, 2014, dan 2015 memang dapat dikaitkan dengan curah hujan ekstrem 1-2 hari dan fenomena meteorologis yang membentuknya.

Beberapa aspek fenomena meteorologis yang biasanya menyertai curah hujan tinggi di Jakarta, dapat sebagai penyebab individual atau kombinasi antarbeberapa fenomena atmosfer sekaligus, di antaranya ITCZ, MJO, suhu muka laut lebih hangat, penguatan aliran monsun lintas ekuator, La Nina, dan seruakan dingin Asia (cold surge). [Ant]

Lihat juga...