Silat Indonesia Berbeda Dengan Malaysia
JAKARTA – Tradisi Pencak Silat Indonesia, yang baru-baru ini diakui oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai warisan budaya tak benda, berbeda dengan Silat asal Malaysia.
Direktur Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang Kementerian Luar Negeri, Kama Pradipta, Pencak Silat Indonesia mengandung tradisi nilai warisan budaya leluhur budaya Indonesia. Mencakup aspek mental dan spiritual. Silat Indonesia tidak sekedar seni bela diri. Tradisi yang berasal dari Jawa dan Sumatera Barat ini, juga memiliki aspek artistik melalui musik dan instrumen musik tradisional. Termasuk keberadaan senjata tradisional yang digunakan.
“Tradisi Pencak Silat Indonesia mengajarkan keseimbangan antara hubungan dan keterkaitan antara Tuhan, manusia, dan alam,” kata Kama, dalam acara temu media di Jakarta, Senin (16/12/2019).
Selain itu, Tradisi Pencak Silat juga menekankan pada seni bela diri yang positif dan bukan ofensif. Menjaga keseimbangan antara tata sosial, serta menjadi bagian dari ritual upacara tradisional. Sedangkan Silat Malaysia, yang bersama dengan Pencak Silat Indonesia juga diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda dalam Sidang ke-14 Komite Warisan Budaya Tak Benda UNESCO di Bogota, Kolombia, 12 Desember lalu, hanya menekankan pada aspek ilmu seni bela diri berikut gerakan-gerakan olahraganya.
“Dari aspek warisan nilai luhurnya, Malaysia mencantumkan bahwa Silat adalah warisan budaya Semenanjung Melayu, contohnya ilmu Silat Harimau,” tutur Kama.
Sebelum mengajukan ke UNESCO, sebenarnya Indonesia telah mengajak Malaysia, untuk mengajukan Silat sebagai warisan tak benda dunia secara bersama-sama. Hal itu dilakukan, seperti saat keduanya mengajukan Pantun ke UNESCO. Namun, karena perbedaan pandangan, kedua negara akhirnya mengajukan sendiri-sendiri.