Minangkabau Festival 2019, Lestarikan Rendang di TMII

Editor: Makmun Hidayat

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Vita Datau, mengatakan, Indonesian Gastronomy Network sedang mempromosikan gerakan nasional memasak makanan khas Indonesia dari rumah.

Apapun itu masakannya, sebut dia, harus dimulai dari rumah dilakukan oleh para ibu-ibu. Memang tak dipungkiri banyak sekali ibu bekerja yang tidak punya waktu untuk masak. Dia juga tidak memperkenalkan masakan Indonesia pada anaknya.

“Pelestarian itu mahal lho, ibu-ibu. Dan   yang bisa melestarikan itu awalnya dari rumah. Saya berkobar bicara tentang pariwisata, tapi tiba-tiba turis datang ke sini. Ternyata anak mudanya tidak bisa masak rendang,” tukasnya.

Dia menegaskan, pelestarian itu pondasi yang harus dimulai dari ibu-ibu dengan mengajarkan masak rendang kepada anaknya.

“Ayuk ibu-ibu ajarkan masak rendang ini ke anak-anak kita, laki atau perempuan. Bukan berarti nyuruh yang laki masak, paling tidak dia bisa bercerita,” ujar Vita.

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Sumbar, Novrial menambahkan, pihaknya sedang dalam penyusunan roadmap rendang warisan dunia ke UNESCO.  Dia berharap meskipun tidak tahun depan, tapi rendang ini tetap didaftarkan agar mendapatkan pengakuan dunia.

Karena menurutnya, pihaknya tidak ingin rendang itu menjadi milik pihak lain. Tetapi semua masyarakat Indonesia bisa memasaknya dengan menggunakan merek apapun tidak masalah. Tetapi  originalitasnya  adalah Sumbar.

“Teman dari Maluku Utara bisa bikin rendang, dan alhamdulilah bisa jual tapi orang tetap tahu bahwa rendang adalah kuliner khas Sumbar,” ujar Novrial.

Ema Lukman, salah satu peserta lomba merandang pada Minangkabau Festival 2019. Dia merupakan peserta dari Anjungan Jambi TMII yang turut memeriahkan lomba ini bersama anjungan daerah lainnya.

Lihat juga...