Tenaga Kerja Indonesia Didominasi Lulusan SMP

Editor: Mahadeva

JAKARTA – Secara makro, capaian ketenagakerjaan Indonesia di 2019 sangat mengesankan. Ini terlihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang semakin menurun. 

Namun sebenarnya, masih banyak residu yang dapat menganggu keberlanjutan pembangunan. Yaitu, struktur tenaga kerja Indonesia berdasarkan tingkat pendidikan yang masih didominasi oleh tamatan pendidikan rendah atau SMP ke bawah.

“Masih sekitar 58,7 persen dari total tenaga kerja Indonesia masih lulusan SMP ke bawah. Angka ini terlihat cukup sulit diturunkan dalam 10 tahun terakhir,” kata Peneliti Institite for Development of Economics and Finance (INDEF), Ahmad Heri Firdaus dalam diskusi online INDEF bertajuk ‘Menunggu Gebrakan 100 Hari Kebijakan SDM dan Ketenagakerjaan’, Minggu (10/11/2019).

Memasuki era digital, masyarakat akan banyak berhadapan dengan faktor disrupsi teknologi. “Bagaimana nanti tenaga kerja Indonesia yang masih lebih dari 58 persen ber-skill rendah, karena masih lulusan SMP kebawah, menyikapi era digital dan automasi,” tukasnya.

Dari banyak survei yang dilakukan INDEF, sudah diketahui bahwa automasi di satu sisi memberikan peluang. Namun, juga memberikan ancaman terhadap tenaga kerja. “Apakah program kartu pra kerja dan program-program ketenagakerjaan dalam lima tahun ke depan dapat membantu menjawab permasalahan struktural dan tantangan ini?” tanya Ahmad.

Terkait dengan kartu pra kerja, dinilainya pemerintah masih membutuhkan waktu untuk menyiapkan dengan matang program tersebut. Khususnya, penguatan basis data untuk penetapan calon penerima kartu pra kerja. Perlu verifikasi, uji coba, konfirmasi data, baru bisa dilakukan penerapan secara meluas. Jika tidak dilakukan, maka akan menimbulkan kerugian kepada pemakainya. “Kartu pra kerja juga berpotensi kehilangan manfaat jika dilakukan tanpa basis data yang terverifikasi,” tandasnya.

Lihat juga...