KPPU Diminta Tindak Tegas “Predatory Pricing” Semen Tiongkok

Mufti Anam – Foto Ant

Mufti yang kini juga menjabat Ketua Badang Pengurus Daerah (BPD) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) itu menjelaskan, permasalahan predator pricing memukul industri semen milik Indonesia. Saat ini, penjualan belum terdongkrak karena lesunya sektor properti dan makin banyaknya pemain baru dari asing.

Per-Januari hingga September 2019, penjualan semen di Indonesia 48,76 juta ton. Jumlanya melorot 2,05 persen dibanding penjualan Januari hingga September 2018 yang mencapai 49,78 juta ton. “Saat ini, kapasitas produksi semen kita sekitar 108 juta ton dari semua pabrik. Produksinya 75 juta ton, artinya utilisasi hanya sekitar 70 persen. Ada surplus kapasitas lebih dari 30 juta ton. Dalam kondisi seperti itu, predatory pricing makin membunuh semen nasional,” tandasnya.

Oleh karena itu, pemerintah diminta menghentikan sementara penerbitan izin pembangunan pabrik semen baru. Dan mengevaluasi kebijakan izin impor semen serta clinker. “Karena memang kapasitas produksi industri semen di Tanah Air masih sangat mampu memenuhi permintaan, bahkan over-supply,” katanya.

Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), kapasitas semen di Tanah Air telah mencapai 113,1 juta ton, sedangkan kebutuhan semen di pasar hanya 70 juta ton, sehingga Indonesia mengalami kelebihan kapasitas produksi sekitar 30 juta ton. (Ant)

Lihat juga...