Kondisi Aliran Sungai Batanghari di Sumbar, Memprihatinkan

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Nasrul Abit, mejelaskan, sejatinya dulu Sungai Batanghari memiliki udara yang sejuk dan air sungai yang jernih, seperti sepuluh tahun silam. Kondisi tersebut, bakal berdampak kepada kondisi air yang dialiri oleh Batanghari. Setidaknya ada delapan kabupaten dan kota yang dilintasi oleh Sungai Batanghari.

“Jadi sekarang pemerintahan pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana Daerah merespon upaya dari Bupati Dharmasraya yang tengah giat mencari solusi kerusakan sungai terbesar itu,” ujarnya.

Dari Pemprov Sumatera Barat tentu mendukung hal yang dilakukan Pemkab Dharmasraya. Selain itu informasi yang diterima oleh Pemprov Sumatera Barat, saat ini Bupati Dharmasraya menargetkan dan ingin memulihkan kembali aliran sungai Batanghari menjadi jernih, sejuk dan indah.

Adanya komitmen yang begitu kuat, kata Nasrul, karena dari catatan sejarah sungai yang berhulu di Danau di Atas dan Danau di Bawah itu sejak abad 12 yang lalu, telah menjadi saksi sejarah emas Dharmasraya, yang kala itu menjadi ibu kota Kerajaan Malayu Pura.

“Kala itu sungai Batanghari menjadi sarana transportasi, menjadi sarana lalulintas perdagangan, menjadi sumber protein hewani ikan, menjadi sarana perhubungan antardaerah, menjadi sumber kehidupan rakyat dan lain sebagainya,” jelasnya.

Wagub menyebutkan, kini sejak dasawarsa belakangan, sungai Batanghari justru menjadi ancaman kehidupan bagi rakyat Kabupaten Dharmasraya. Pasalnya menurut hasil penelitian para ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan hasil pengamatan petugas teknis lingkungan hidup, sungai Batanghari mengandung cemaran logam berbahaya, yaitu air raksa atau mercury atau hygragyrum (Hg).

Lihat juga...