Harga Lokal Anjlok, Pemda Sikka Dorong Ekspor Komoditi Perkebunan

Editor: Mahadeva

MAUMERE – Harga berbagai komoditas perkebunan, seperti kelapa dan cengkeh di Kabupaten Sikka terus mengalami penurunan. Hal itu membuat petani meminta pemerintah bisa melakukan intervensi, lewat berbagai kebijakan.

“Kami petani ini tambah susah saja saat ini. Kopra saja yang beberapa tahun sebelumnya dijual dengan harga sekitar Rp7 ribu per-kilogram, saat ini anjlok menjadi sekitar Rp3 ribu per-kilogram,” kata Wen Bura, salah seorang petani yang ditemui di Pasar Alok, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (5/11/2019).

Wens menyebut, selain harga jual kopra yang anjlok, harga cengkeh juga anjlok. Saat ini harganya mencapai sekira Rp60 ribu per-kilogram, bila saat ini dijual kepada penampung hasil komoditi di kota Maumere. “Dulu beberapa tahun lalu harga cengkeh kering satu kilogramnya dijual dengan harga diatas Rp100 ribu per-kilogram. Harganya anjlok hampir setengah sehingga sangat terasa sekali dampakya,” tuturnya.

Pemerintah Kabupaten Sikka diminta Wens, membuat kebijakan agar harga jual komoditi perkebunan bisa lebih baik. Sehingga kondisi perekonomian petani di Sikka bisa menjadi lebih baik. “Bila kondisi harga komoditi seperti ini tentunya akan membuat petani semakin kesulitan dalam membiayai kebutuhan hidupnya. Apalagi harus membiayai kuliah anak kami di luar daerah,” ungkapnya.

Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo,Selasa (5/11/2019).Foto : Ebed de Rosary

Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo, mengatakan, masyarakat harus menggunakan potensi lokal seperti kelapa dan lainnya, untuk diolah menjadi barang dan jasa yang bisa dikonsumsi sendiri. Masyarakat Kabupaten Sikka disebut Robi, sangat bergantung terhadap pihak luar. Misalnya saja, masih membli minyak goreng, sementara kelapa banyak dan bisa diolah menjadi minyak goreng. “Kita boleh ekspor, tetapi harus bentuk jadi supaya ada nilai tambah bagi masyarakat. Hasil komoditi juga bisa menyerap tenaga kerja kalau diolah sendiri,”sebutnya.

Lihat juga...