Tidak Satu Sekolah-pun di Jakarta Barat Masukkan Lem Aibon di RKAS
Editor: Mahadeva
Terkait penamaan lem aibon tersebut, itu dilakukan oleh operator tata usaha kasudin pendidikan Jakarta Barat. “Mungkin operator yang menginput memilih yang paling atas saja, udah masukin Rp82 M dengan hitungan per anak dikali Rp150.000 itu,” ujar Agus.
Kasubbag TU Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat, Sudarman, mengaku tidak menyangka kalau data yang diinputnya itu bisa jadi viral. Saat mengunggah, Sudarman tidak terpikir benda lainnya. Dia juga tidak menyangka kejadian ini sampai viral dan ramai dibahas. “Jadi karena ada pilihan lain, ada banyak pilihan lain artinya saya nggak berpikir sampai sejauh ini. Katakanlah kebutuhan Aibon itu menjadi viral sampai begini,” kata Sudarman.
Sudarman mengatakan, ada pagu anggaran Rp82,8 miliar yang perlu dinamai. Soal komponennya, akan direvisi setelah kebutuhan sekolah masuk. “Jadi itu awalnya bukan rencana sekolah justru. Karena kami ingin mencantumkan anggaran BOP ini. Jadi di awal kami mendapatkan pagu. Pagu itu lalu kami cantolkan dan operator meng-input, melihat yang paling depan saja. Kan sudah memasukkan sekian ini-itu, Rp82 M. Sesuai dengan hitungan per anak kali Rp150 ribu,” jelasnya.
Sudarman mengatakan, dalam kegiatan penyediaan belanja barang dan jasa alat kelengkapan kantor. Pencantuman tidak akan menjadi persoalan, hanya dengan menuliskan nama satu komponen. “Sementara sebelum RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah) secara disusun oleh sekolah berdasarkan kebutuhan, itu Sudin kan harus nge-klik. Katakanlah boleh satu kode rekening dan seterusnya. Dan saya berpikir secara sederhana, kenapa harus banyak-banyak kode rekening, karena nanti pun akan diubah sesuai kode rekening,” tutupnya.