Permintan Kelapa Muda di Lampung Selatan, Meningkat
Editor: Koko Triarko
Cara tersebut dilakukan, agar kulit kelapa tidak rusak dan buah masih tetap utuh bersama tangkai. Pemanenan yang dilakukan akan mempengaruhi harga jual kelapa muda yang akan dibeli oleh pengepul.
Pada sistem pemanenan dilakukan oleh pengepul, Wawan menyebut harga hanya dibeli Rp1.500 per buah. Sebaliknya, jika kelapa dipetik olehnya, pengepul tinggal mengangkut harga bisa mencapai Rp3.000 per butir.
Proses pemanenan yang membutuhkan keahlian khusus, membuat pengepul harus mengeluarkan biaya ekstra khusus untuk pemetik buah kelapa muda.
“Jika saya petik sendiri, maka harga akan lebih tinggi dan pengepul dimudahkan saat datang tinggal menghitung kelapa yang sudah dikumpulkan,” papar Wawan.
Saat panen musim kemarau, Wawan bisa memanen sebanyak 100 butir kelapa hijau dan 50 kelapa merah. Kedua jenis kelapa tersebut memiliki harga yang berbeda. Jenis kelapa hijau per butir dibeli seharga Rp3.000, sehingga ia mendapatkan hasil sekitar Rp300.000. Sementara, 50 butir kelapa merah dengan harga Rp4.000, ia bisa mendapatkan hasil Rp200.000. Sekali panen saat kemarau, ia mendapatkan hasil Rp500.000.
Hasil panen kelapa yang bisa dilakukan sebulan sekali, membantu perekonomian keluarga. Sebab, meski memiliki lahan sawah, selama kemarau ia tidak bisa menanam padi. Selain itu, kebun kakao dan pisang yang dimilikinya tidak produktif selama musim kemarau.
Sebagai tanaman investasi jangka panjang, kelapa masih memberinya penghasilan kala kemarau melanda.
“Selain saya jual ke pengepul, permintaan kelapa muda dari pedagang lokal juga bisa saya penuhi rata-rata puluhan butir per hari,” cetusnya.
Nurus Rahman, pengepul buah kelapa muda asal Desa Kuripan, Kecamatan Penengahan, mengaku kemarau menyulitkan pengepulan kelapa. Ia harus mencari ke sejumlah petani di sejumlah desa yang ada di wilayah Kecamatan Sragi, Palas dan Penengahan.