Sanggar Sanggita Piranti Lestarikan Tarian Sulteng di TMII
Editor: Makmun Hidayat
“Saya senang dan bangga, mereka sangat antusias berlatih tari. Semoga mereka makin mencintai budaya daerahnya, salah satunya tarian khas Sulawesi Tengah ini,” ungkap Ria
Dalam melatih tari, sanggar ini terdiri dari tingkatan. Yakni tarian tingkat dasar, menengah dan mahir. “Jadi kelompok peserta sanggar dibagi-dibagi, sesuai tingkatan. Dan setiap tiga bulan sekali akan diujikan sebagai penilaian kelayakan naik ke tingkat selanjutnya.
Mereka juga kerap tampil di acara TMII. Terkhusus penari remaja pernah tampil di Istana Negara, para penari remajanya. bahkan di Istana Negara dan gelar budaya di Monas.
Pada tanggal 18-19 Oktober 2019 mendatang, sanggar ini akan tampil memeriahkan Festival Budaya di Bandung, Jawa Barat.
Menurutnya, TMII sebagai wahana edukasi pelestarian budaya bangsa telah memberi ruang kepada Provinsi Sulawesi Tengah untuk mempromosikan ragam budayanya.
Rasa hormat dan bangga juga dia haturkan kepada Ibu Negara Raden Ayu Fatimah Siti Hartinah atau Ibu Tien Soeharto, pemakarsa TMII.
“Ide Ibu Tien Soeharto sangat cemerlang, membangun TMII untuk menyatukan budaya bangsa dalam bingkai kebhinekaan,” ujarnya.
Ria juga merasa bangga bisa melatih menari di TMII.”Orang hanya tahunya Jawa Barat dan DKI Jakarta secara garis besar. Tapi hadirnya Anjungan Sulawesi Tengah di TMII, akhirnya mereka jadi tahu khazanah budaya kami,” kata Ria.
Sebagai warga Sulawesi Tengah, Ria berkomitmen untuk mengembangkan dan melestarikan kebudayaan daerahnya di TMII.
“Sebenarnya simpel, saya hanya ingin mempertahankan budaya Sulawesi Tengah, yang memang di Jakarta itu orang jarang tahu. Alhamdulillah ada Diklat Tari Anjungan Sulawesi Tengah, jadi semua tahu. Buktinya setiap minggu ada peserta yang gabung di sanggar ini,” pungkasnya.