Produk Tape Bondowoso Butuh Perhatian
Editor: Koko Triarko
BONDOWOSO – Sebagai komoditas asli Bondowoso, Tape dinilai masih minim perhatian dan perlindungan dari pemerintah. Padahal, Tape tidak sekadar menjadi komoditas bisnis, tetapi juga identitas budaya dan kebanggaan masyarakat Bondowoso.
“Dulu, Jember itu belajar Tape, ya dari sini. Awal mulanya Tape ya di Desa Jeruk Sok-Sok ,lalu menyebar ke desa lain di Binakal, dan kecamatan-kecamatan lain. Baru kemudian masuk ke Jember,” ujar Junaidi Efendi, pelaku usaha Tape asal Dusun Kemirian, Desa Jeruk Sok-Sok, Kecamatan Binakal, saat ditemui Cendana News, Rabu (4/9/2019).
Junaidi kini menjadi generasi keluarga ke lima yang menjalankan usaha Tape. “Dari Mbahnya mbah buyut saya,” lanjut Junaidi.
Imbas kenaikan harga bahan baku, kondisi bisnis Tape Bondowoso kian tahun kian memprihatinkan. “Sebenarnya kalau cuma sekadar singkong, banyak. Tapi yang memenuhi standar kualitas masih susah. Langkanya sejak 2014-an,” papar Junaidi.
Tidak hanya terhimpit kesulitan bahan baku, Tape Bondowoso juga banyak diklaim oleh daerah lain. “Kalau dulu, tahun 90-an, kita kalau jual Tape hingga Situbondo dan Probolinggo, kalau ada Tape Bondowoso, sudah dipastikan itu berasal dari Bondowoso. Kalau sekarang, tidak lagi,” ujar pria yang menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pengusaha Tape Bondowoso (APTB) 2014-016 ini.
Saat ini, banyak Tape yang dilabeli tape Bondowoso, padahal dibuat di Situbondo, Probolinggo atau daerah lain. “Di satu sisi, ini menunjukkan merk Tape Bondowoso sudah cukup kuat branding-nya. Tapi di sisi lain, ini berarti perlindungan merk Tape bondowoso tidak ada,” papar Junaidi.
Karena itu, pihaknya berharap ada komitmen lebih dari Pemkab untuk memberikan perlindungan dan pembinaan bagi UMKM Tape Bondowoso, yang sudah menjadi kekhasan daerah.