Petani Lamsel Integrasikan Lahan Pertanian dan Peternakan

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Kemarau yang berlangsung hampir empat bulan ini, makin menyulitkan para peternak di Lampung Selatan, untuk mendapatkan pakan hijauan. Namun, pola integrasi tanaman pertanian dan ternak membuat asupan pakan hewan ternak masih bisa diperoleh.

Sujani, peternak sapi limousin, peranakan ongole (PO) di Desa Taman Sari, Kecamatan Ketapang, menjaga pola integrasi pertanian jagung dan ternak sapi. Pola tersebut dijalankan sejak lima tahun terakhir sebagai investasi jangka panjang.

Hijauan pakan ternak bersumber dari rumput gajahan yang ditanam di tepi lahan jagung manis, yang dipanen usia dua bulan, dan dimanfaatkan bagian batang, daun dan kulit sebagai pakan.

Integrasi tanaman jagung dan ternak sapi sebagai bagian pertanian terpadu lebih menguntungkan. Sebanyak delapan ekor sapi miliknya masih mendapat asupan pakan hijauan kala kemarau.

Handoko, memanfaatkan tanaman kacang tanah usai dipanen sebagai sumber pakan ternak kambing miliknya, Senin (16/9/2019). -Foto: Henk Widi

Lahan pertanian jagung yang berada di dekat lahan sawah dilengkapi fasilitas sumur bor, membuat ia masih bisa menanam jagung manis.

“Jagung manis yang dipanen saat masih muda untuk sayur dan direbus membuat tebon, daun masih dalam kondisi hijau, bisa dijadikan pakan, beda dengan jagung hibrida yang dipanen kering,” terang Sujani, saat ditemui Cendana News, Senin (16/9/2019).

Integrasi pertanian dan peternakan menurutnya saling berkelanjutan. Lahan tanaman jagung mendapat asupan pupuk kandang dari limbah kotoran ternak. Selanjutnya, tanaman jagung yang subur menghasilkan batang dan daun sumber pakan hijauan ternak. Pada pematang sawah dan tanggul sungai, Sujani menanam ratusan rumpun gajahan sebagai tambahan pakan.

Lihat juga...