Pemanfaatan Hasil Penelitian Indonesia, Dilematis
Editor: Koko Triarko
JAKARTA – Penyelarasan penelitian dengan kebutuhan industri, dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing dan teknologi dalam mengembangkan bidang ekonomi Indonesia. Tapi, langkah ini juga memiliki sisi negatif, jika tidak diantisipasi dari awal dengan pemikiran yang optimistik antisipatif.
Kepala PAIR Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Drs. Totti Tjiptosumirat, M.Rur.Sci., mengatakan, bahwa setiap lembaga penelitian di Indonesia saat ini memiliki masalah yang sama.
“Para peneliti didorong untuk bisa selaras dengan kebutuhan industri. Sehingga bisa menciptakan suatu ekosistem yang mendorong setiap pihak, untuk makin berkembang setiap saat,” kata Totti, saat ditemui di Ruang Utama PAIR BATAN, Pasar Jumat Jakarta, Senin (30/9/2019).
Ia menambahkan, bahwa saat ini para peneliti dan penggiat litbang harus mencari sponsor dari negara dan program kompetitif skala nasional dan internasional.
“Di sisi lain, ada ketakutan, bahwa hasil penelitian Indonesia akan menjadi milik orang luar,” ucapnya.
Dengan selarasnya penelitian dengan kebutuhan industri, maka lembaga litbang akan memiliki peluang untuk memperoleh dana untuk mendapatkan dana peruntukan penelitian selanjutnya.
“Sekarang semua lembaga litbang kan tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah untuk pembiayaan penelitian. Walaupun, memang ada risiko hasil penelitian itu akan bisa menjadi milik bukan Indonesia,” ujarnya.
Untuk itulah, dibutuhkan suatu pemikiran optimistik antisipatif, yang menjadikan suatu sistem self-funding bagi lembaga litbang terkait.
“Arahnya adalah penelitian mengarah langsung ke industri. Peneliti harus memiliki kemampuan untuk menjadikan produk ready to use, ready to manufactured dan ready to give impact. Risiko selalu ada. Yang penting bagaimana kita mengantisipasinya,” tandas Totti.