Muka Air Laut di Lampung Selatan Mengalami Surut Terjauh
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Kondisi muka air laut di perairan Ketapang, Bakauheni, Rajabasa dan sekitarnya, sedang mengalami surut terjauh. Hal itu menganggu aktivitas penyeberangan antar pulau di Lampung Selatan (Lamsel).
Sudarso, salah satu guru di SDN 5 Sumur, Kecamatan Ketapang yang ada di Pulau Rimau Balak menyebut, perahu menjadi sulit sandar di dermaga. Sementara, fenomena surut terjauh, terjadi bersamaan dengan fase bulan setiap bulan.
Fenomena yang berkaitan dengan astronomi, diantaranya pada 13 September 2019, bulan mengalami purnama apogee. Sesuai dengan fase bulan tersebut air laut terpengaruh dan berimbas pada transportasi laut dan aktivitas nelayan. Dampaknya, dermaga tradisional lokasi tambat perahu mengalami air surut. Perahu nelayan harus diikat lebih jauh dari pantai, menghindari kandas di batu karang.

Sebagai guru sekolah yang setiap hari menyeberang dari pulau Sumatera ke pulau Rimau Balak, perahu yang ditumpangi Sudarso sulit sandar di dermaga. “Selama lebih dari 20 tahun saya mengamati pasang surut air laut kendala yang dialami, kerap saat air laut surut membuat batuan karang sebagai tubir berada jauh dari dermaga, perahu tidak bisa sampai merapat ke dermaga,” ungkap Sudarso kepada Cendana News, Jumat (13/9/2019).
Pada kondisi normal, dermaga kayu yang ada di Pulau Rimau Balak langsung bisa menjadi lokasi sandar perahu. Namun dalam sepekan terakhir, perahu berhenti di tubir batu karang. Penumpang harus berjalan pada batu karang agar sampai ke pulau. “Saat di dermaga Muara Piluk masih ada perahu lain pengangkutan barang bisa estafet, tapi di dermaga Pulau Rimau Balak dan Pulau Kandang Balak lebih sulit,” ungkap Suminah, warga yang tiga hari sekali menyeberang dari Pulau Rimau Balak ke Sumatera menggunakan fasilitas dermaga Muara Piluk.