Masyarakat Perlu Jaga Habitat Harimau Sumatera dari Perdagangan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Tentunya Harimau Sumatera semakin terancam, salah satu dampak adalah terjadinya konflik antara manusia dengan harimau yang pada umumnya harimau menjadi korban dengan dibunuh atau dikeluarkan dari habitatnya,” ungkap Irwan Prayitno.
Baik oleh perburuan maupun kehilangan habitat akibat pertumbuhan ekonomi sangat pesat dalam beberapa dekade terakhir. “Saya mengajak masyarakat semua untuk bersama-sama menjaga habitat dan menolak segala bentuk kejahatan dan perdagangan Harimau Sumatera,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Indra Exploitasia, menyampaikan, peserta Konsultasi Publik II Strategi Rencana Aksi Konservasi (SRAK) Harimau Sumatera 2019-2029 untuk Konservasi Harimau Sumatera yang multi stakeholder berbagi ruang dengan masalah harimau.
Dengan berbagi ruang hidup yang dimaksud dapat memperlakukan satwa di habitatnya dengan arif. Sejak adanya rumusan Strategi Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatera (SRAK HARIMAU) yang lalu sudah mengalami kemajuan bagi populasi Harimau Sumatera.
“Untuk itu, melalui forum konsultasi ini, kita bisa menghasilkan rencana aksi yang lebih mendalam dengan melibatkan berbagai komponen baik oleh Pemerintah Republik Indonesia, pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perguruan tinggi, swasta dan masyarakat,” tutur Indra.
Di dalam keenam bentang alam pemerintah KLHK menetapkan target peningkatan populasi harimau sumatera menjadi dua kali lipat pada tahun 2022 dan mencanangkan peningkatan ukuran populasi hingga 10% pada tahun 2019 pada empat taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Kerinci Seblat, Berbak Sembilang dan Bukit Barisan Selatan.