Kemarau, Warga Lamsel Rela Antre di Mata Air Sukaratu

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Antrean yang kerap terjadi menurut Budi terjadi akibat faktor debit air yang menyusut dan banyaknya pengambil air. Pada musim penghujan debit mata air Sukaratu cukup stabil. Pada satu galon air berisi 19 liter ia hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.

Selama musim kemarau ia menyebut butuh waktu sekitar 15 menit untuk mengisi galon berisi 19 liter. Waktu yang lama untuk mengisi satu galon, jeriken dan wadah air lainnya mengakibatkan antrean.

Sistem antrean disebutnya menyesuaikan waktu kedatangan warga yang akan mengambil air. Bagi warga yang datang lebih dahulu kerap menyiapkan galon, jeriken di dekat pipa yang mengalir selama 24 jam tersebut.

Rata-rata warga yang mengambil air bersih saat kemarau mencapai 20 hingga 50 liter. Banyaknya antrean membuat warga maksimal hanya membawa dua jeriken berisi masing-masing 30 liter dan dua galon berisi masing-masing 19 liter air bersih.

“Warga yang mengambil air bersih umumnya memiliki sifat saling pengertian mendahulukan wanita yang juga mengajak anaknya,” tutur Budi.

Warga yang mengambil air bersih disebutnya akan bergantian mengisi air bersih lalu menaikkan ke atas motor. Budi dan sejumlah warga lain mengaku sengaja mengambil air bersih lebih sering karena sumur gali yang dimiliki debitnya mulai menyusut.

Meski memiliki sumur, air hanya dipakai untuk mandi, mencuci dan toilet. Sementara kebutuhan memasak dan minum mengandalkan mata air Sukaratu.

Antrean selama kemarau di sumber air Sukaratu juga dialami oleh Heni, salah satu warga Desa Canggu, Kecamatan Kalianda. Heni menyebut membawa dua galon berisi masing-masing 19 liter air bersih untuk kebutuhan selama satu pekan.

Lihat juga...