Hama Burung Pipit, Turunkan Produksi Panen Petani Lamsel

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Meski masih bisa menanam padi saat musim kemarau atau gadu, petani padi di Lampung Selatan (Lamsel) alami penurunan produksi.

Muda, petani padi asal Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan menyebut hama burung pipit berimbas menurunnya produksi padi. Hama burung pipit atau dikenal petani dengan sebutan burung emprit (Estrildidae) kerap menyerang secara bergerombol.

Serangan hama burung pipit menurutnya terjadi saat padi mulai berbulir (mratak) hingga menguning. Seperti pengalaman tahun sebelumnya hama burung pipit mengakibatkan produksi menurun.

Penurunan produksi diakibatkan proses menghalau burung tidak dilakukan secara maksimal. Imbasnya pada lahan setengah hektare ia hanya memanen 2,5 ton gabah kering panen (GKP) dari semula 3 ton GKP.

Memasuki masa tanam ketiga (MT3) serangan hama burung pipit menurutnya semakin banyak. Sebab sebagian sawah yang tidak bisa digarap membuat burung pipit menyerang hamparan yang ditanami padi.

Padi varietas Ciherang yang bisa dipanen saat usia 120 hari menurutnya sudah diserang burung pipit saat usia 60 hari. Aktivitas menunggu burung sejak mratak hingga padi menguning dilakukan agar ia masih bisa mendapatkan hasil panen.

“Tanaman padi yang masih ditunggu saja masih bisa menurun produksinya apalagi yang tidak ditunggu sama sekali. Bisa mengakibatkan kerugian cukup besar akibat serangan hama burung pipit dari pagi hingga sore,” terang Muda saat ditemui Cendana News, Minggu (8/9/2019).

Burung pipit yang datang bergerombol mencapai ratusan bahkan ribuan ekor memangsa bulir padi. Imbas bulir padi yang dimakan saat muda, bulir tidak terisi.

Sebaliknya bulir yang memasuki tahap pematangan akan mengalami kerontokan. Saat gerombolan burung pipit menyerang alat penghalau terbuat dari tali tambang harus digunakan.

Lihat juga...