Hadapi Era Ekonomi Digital, Restorasi Transmigrasi Dicanangkan
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan dan Sistem Informasi UGM, Supriyadi, menegaskan bahwa restorasi transmigrasi dan green transpolitan 4.0 berbasis ekonomi digital serta peningkatan sumber daya manusia diperlukan untuk mengubah pola transmigrasi konvensional menuju transpolitan 4.0.
Ada pun pola pengembangan restorasi transmigrasi ini melalui kemitraan pentahelix meliputi pemerintah, akademisi, swasta, komunitas dan media.
Guru Besar Fakultas Geografi UGM sekaligus salah satu penggagas konsep restorasi transmigrasi dan Gerakan Nasional Transpolitan Hijau 4.0, Prof. Dr. Suratman, mengatakan, inovasi pembangunan transmigrasi ini dilakukan untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional di bidang penyediaan dan kemandirian pangan, pengentasan kemiskinan dan mempercepat pembangunan daerah.
“Sasaran tersebut dapat dicapai melalui integrasi perencanaan dan pembangunan infrastruktur nasional yang mendukung percepatan pembangunan ekonomi di kawasan transmigrasi,” katanya.
Konsep inovasi pengembangan kawasan transmigrasi ini menurut Suratman diharapkan bisa mengurangi angka pengangguran di pulau Jawa.
“Kita ingin pembangunan transmigrasi mampu menjadi katup pengaman dari masalah pengangguran di pulau Jawa dengan tersedianya lapangan pekerjaan dan kesempatan ekonomi baru di kawasan transmigrasi,” jelasnya.
Suratman menuturkan, saat ini 56,46 persen penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa yang luasnya hanya 6,75 % dari luas wilayah Indonesia.
Bahkan kepadatan penduduk Jawa yang mencapai 1.156 jiwa per kilometer persegi sudah melampaui angka kepadatan penduduk nasional yang hanya 138 jiwa per kilometer persegi.