Akademisi: Potensi Strategis di Sleman Belum Dioptimalkan

“Misalnya di sektor komoditi buah salak. Selama ini, buah andalan Sleman ini hanya dikelola sebagai buah segar dan diolah menjadi berbagai makanan olahan, seperti sirup, keripik dan sejenisnya. Padahal, limbah buah salak atau buah salak yanng busuk karena tidak laku terjual, masih bisa diolah menjadi bioetanol. Ini salah satu saja dari satu sektor yang belum dioptimalkan,” kata Najib.

Selain itu, sejumlah objek wisata yang selama ini ada dan diakui cukup populer, menurutnya juga belum tergarap optimal. Misalnya, objek wisata alam Kaliurang.

“Dari dahulu hingga sekarang, Kaliurang hanya begitu-begitu saja. Padahal, Kaliurang bisa lebih dikembangkan, bahkan bisa menyerupai Genting Highland di Malaysia,” tuturnya.

Najib mengakui, jika upaya pengembangan membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Adanya peran investor swasta mungkin dibutuhkan. Namun ia mengingatkan, dalam setiap upaya pengembangan potensi lokal, warga setempat harus terlibat, bahkan harus menjadi pihak yang paling diuntungkan.

Sementara itu, Dwikuswantoro, pegiat di Lembaga Study Kebijakan Daerah, berharap, melalui diskusi forum rembug warga Sleman ini bisa menemukan pola atau solusi bersama, dengan menjalin sinergi bersama masyarakat. Seperti persoalan tentang pertanian, tentunya yang bisa memecahkan petani itu sendiri.

Dwikuswantoro mengatakan, berbagai persoalan klise pertanian seperti menyusutnya lahan hingga penerapan teknologi harus dilakukan dengan bijak. Adanya kekhawatiran terhadap teknologi pertanian yang dapat menggusur tenaga manusia, juga harus dicarikan solusinya.

“Kita ingin, persoalan-persoalan itu dipecahkan dan siapa yang memecahkan, tentunya warga yang menjadi peran utama,” jelas Dwikuswantoro.

Lihat juga...