Petani di Kalteng Raih Hasil Melimpah Tanpa Harus Membakar Lahan Gambut

Inovator pertanian tanpa bakar di Kalimantan Tengah Yanir. ANTARA

Yanir menambahkan, belum lama ini dirinya menanam bawang merah sebanyak 400 kilogram dan menghasilkan 1,2 ton dan setelah dikeringkan menjadi 800 kg atau 100 persen dari bawang yang ditanam.

Yanir mengaku sangat bersyukur karena petani di desanya mendapat bantuan dari pemerintah dan Badan Restorasi Gambut, mulai dari berbagai alat produksi pertanian hingga pembinaan dan pendampingan.

Keberhasilan mengelola pertanian di lahan gambut tanpa bakar menarik minat banyak pihak. Bahkan beberapa waktu lalu pengunjung dari lima negara datang untuk melakukan studi banding ke desa itu.

Yanir yang sudah tiga tahun bermitra dengan Badan Restorasi Gambut, kini juga sering berkeliling ke desa-desa di Kalteng untuk berbagi ilmu bertani tanpa bakar di lahan gambut. Sedikitnya sudah 100 desa yang didampinginya melaksanakan pertanian dengan sistem tersebut.

Saat ini ada 16 desa di Kotawaringin Timur yang juga tertarik belajar bertani tanpa bakar di lahan gambut. Desa Lempuyang bahkan sudah memiliki demplot atau percontohan untuk pengembangan sistem ini.

“Gambut bisa menjadi berkah jika dikelola dengan benar, bukan malah menjadi bencana. Kami optimistis sistem pertanian tanpa bakar ini bisa dilakukan di seluruh daerah di Kalimantan Tengah,” ucap Yanir yang mengaku selalu siap berbagi informasi dan pelayanan.

Deputi Bidang Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut Myrna A Safitri mengatakan, bertani tanpa bakar menjadi salah satu solusi mencegah kebakaran lahan dan bencana asap. Untuk itulah pihaknya gencar mendorong pelaksanaan program ini.

“Alat pertaniannya juga sederhana dan tidak mahal, seperti mesin potong rumput. Kami berikan alat pertanian sesuai kebutuhan lahan gambut,” kata Myrna.