Pendidikan Anak Pekerja Migran di Flotim, Terabaikan
Editor: Koko Triarko
LARANTUKA – Banyak anak di kelurahan Ritaebang, kecamatan Solor Barat, kabupaten Flores Timur (Flotim), yang terpaksa putus sekolah karena ketiadaan biaya. Kelurahan Ritaebang merupakan salah satu kantong pekerja migran di kabupaten tersebut.
Banyaknya anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan karena ketiadaan biaya pendidikan itu akibat ditelantarkan oleh orang tuanya. Bahkan, kalau bersekolah pun biaya sekolah sering tidak bisa dipenuhi.
“Kasihan sekali kondisi anak-anak yang orang tuanya pergi merantau ke Malaysia,” kata Noben da Silva, aktivis perempuan dan anak kabupaten Flores Timur, NTT, Kamis (22/8/2019).
Dikatakan Noben, rata-rata orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak mereka dengan tidak mengirimkan biaya. Bahkan, ayahnya yang merantau ke Malaysia juga menikah lagi.

Dengan begitu, sang ayah tidak mengirimkan lagi biaya rutin bulanan untuk kebutuhan istri dan anak di kampung halaman. Sang istri pun terkadang ikut merantau, sehingga anak-anak dititipkan pada anggota keluarga.
“Saya sering sekali membantu anak-anak yang ditinggal pergi kedua orang tuanya. Kondisi mereka sangat memprihatinkan, bahkan untuk makan saja mereka sangat kesulitan, karena ada yang tinggal dengan kakek dan neneknya,” terangnya.
Kondisi ini, kata Noben, membuat anak-anak setelah tamat SD terpaksa putus sekolah. Mereka pun harus pergi merantau ke Kalimantan atau ke Malaysia, karena lahan pertanian di pulau Solor sangat tidak memberikan penghasilan yang memadai.