Kemarau, Produktivitas Kelapa Turun di Tengah Permintaan Tinggi

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Kemarau yang melanda wilayah Lampung Selatan (Lamsel) ikut berpengaruh pada sektor usaha pertanian.

Deni, pemilik usaha jual beli kelapa muda asal Bakauheni menyebut, permintaan akan kelapa cukup tinggi. Jenis kelapa muda dan tua disebutnya memiliki pangsa pasar berbeda. Kelapa muda digunakan untuk pemenuhan usaha kuliner dengan menu es kelapa sebagai pelengkap.

Sementara kelapa tua yang dipesan oleh pengepul di provinsi Banten dan Jakarta digunakan sebagai bumbu masak. Kelapa yang dibeli dari sejumlah petani menurut Deni mengalami penurunan selama musim kemarau.

Sebab sejumlah pohon kelapa mengalami penurunan produksi. Saat musim penghujan kelapa muda dalam satu pohon bisa dipanen sebanyak tiga janjang kini hanya satu janjang.

Satu janjang atau tangkai buah kelapa disebutnya berjumlah sekitar 5 hingga 10 buah. Penurunan produktivitas buah kelapa diakui Deni cukup beralasan karena pasokan air berkurang.

Imbasnya kelapa yang kekurangan pasokan air menghasilkan buah lebih sedikit. Agar memenuhi kuota 1000 butir sekali pengiriman ia mencari kelapa hingga ke sejumlah kecamatan.

“Kelapa muda sedang mengalami penurunan produksi padahal permintaan cukup tinggi sehingga harus mengumpulkan selama dua hari bisa memenuhi kuota agar bisa dikirim ke pengepul,” ungkap Deni saat ditemui Cendana News, Sabtu  (31/8/2019) siang.

Deni menambahkan lokasi pengepokan atau pengumpulan berada di Jalinsum KM 6. Kelapa muda disebutnya diperoleh dari petani dengan harga Rp2.000 per butir dan dijual dengan harga Rp4.000 ke pengepul.

Harga di pengecer yang mencapai Rp8.000 hingga Rp10.000 per butir disebabkan biaya operasional pemetikan, pengangkutan. Musim kemarau dengan permintaan tinggi diakuinya tidak sebanding dengan pasokan dari petani akibat menurunnya produksi.

Lihat juga...