Harga Anjlok, Sumbar Butuh Pabrik Pengelolaan Kelapa Sawit

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

PADANG – Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengakui bahwa harga kelapa sawit yang ada di daerah itu, belum bisa menguntungkan para masyarakat yang memiliki kebun kelapa sawit. Hal ini dibuktikan bahwa harga sawit di Sumatera Barat pernah mencapai harga 300 rupiah per kilogramnya.

Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumatera Barat, Bambang, mengatakan, tidak dapat dipungkiri harga sawit yang ada di Sumatera Barat sangat memprihatinkan.

Bahkan harga terpahit yang pernah alami petani hanya 300 rupiah per kilogram. Mau tidak mau, petani tetap menjual hasil panen kelapa sawitnya, ketimbang mubazir dibiarkan habis dimakan hama.

Menurutnya, jika harga kelapa sawit hanya 300 rupiah, jangankan bisa memperoleh untung, membayar upah pekerja pengambil sawit saja tidak cukup.

Solusi di sini, perlu adanya pabrik pengelolaan kelapa sawit, sehingga dengan adanya pabrik yang siap menampung hasil panen, dapat meningkatkan harga jual.

“300 rupiah itu pernah terjadi. Kalau untuk beberapa hari ini dari sejumlah daerah mulai dari 700 rupiah hingga 1.000 rupiah lebih per kilogramnya. Adanya perbedaan harga itu, ya tergantung akses terdekat ke pabrik. Seperti di Kabupaten Dharmasraya, sudah ada penampung untuk ke dibawa ke pabrik yang ada di Jambi. Sementara daerah lainnya, sangat jauh menjangkau pabrik yang ada di Jambi,” katanya, Senin (26/8/2019).

Ia menyebutkan, anjloknya harga kelapa sawit, karena adanya hitung-hitungan agen pengumpul, yakni mulai dari biaya membeli kebun, upah pekerja, dan biaya transportasi dari lokasi pengumpul serta diantarkan ke pabrik seperti Jambi yang lebih dekat ke Sumatera Barat.

Lihat juga...