‘Green Adiktif’ BBM dari Minyak Atsiri Perlu Dikembangkan

JAKARTA – Peneliti Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Anny Sulaswatty, mengatakan perlunya peningkatan pengembangan dan komersialisasi green aditif sebagai penghemat bahan bakar minyak (BBM) dari minyak atsiri, dalam rangka mendukung ketahanan energi nasional.

Green aditif meningkatkan fuel cleanliness, sehingga meningkatkan efisiensi bahan bakar,” kata Anny Sulaswatty, dalam orasi pengukuhan Profesor Riset yang berjudul “Penerapan Teknologi Non-Konvensional dalam Ekstraksi Komponen Utama Atsiri dan Produk Turunannya di Indonesia”, Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Anny menuturkan, penggunaan green aditif menjadi terobosan energi bagi dunia industri untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar, serta meningkatkan nilai tambah tanaman atsiri Indonesia.

Selain penghematan energi bagi industri pengguna solar, komersialisasi green aditif juga akan berdampak besar menumbuhkan penyuling minyak atsiri, petani tanaman atsiri, membuka lahan tidur dan berperan memperbaiki kualitas udara dengan mengurangi asap hitam industri dan kendaraan.

Anny mengatakan, pengembangan green aditif berbasis turunan minyak atsiri dapat menurunkan kadar air dalam solar hingga 15 persen, menghemat bahan bakar hingga delapan persen, dan produk ini mulai merambah pasar.

Green aditif ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak (BBM) untuk menyempurnakan pembakaran di dalam mesin, sehingga energi atau tenaga yang dihasilkan lebih besar.

Selain itu, pengembangan teknologi derivatisasi produk turunan minyak serai wangi dan minyak cengkih menjadi produk green aditif penghemat bahan bakar dalam bentuk prototipe formulasi green aditif, telah dihasilkan dari rangkaian kerja sama penelitian yang didukung program Inovasi Produksi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

Lihat juga...