Warga Sumbar Diimbau Kurangi Penggunaan Kantong Plastik

Editor: Koko Triarko

Dewi menyebutkan, selama ini sistem yang diberlakukan dalam Bank Sampah, ada barang bekas yang dijual, maka langsung diberi uang. Nanti sampah-sampah yang dibeli itu dipilah, lalu ambil sesuai yang dibutuhkan saja. Karena ada banyak jenis kerajinan dapat dihasilkan, seperti tas, tempat tisu, pot bunga, dompet, dan aksesoris lainnya.

“Sampah yang kita beli itu anorganik, yakni plastik pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan sebagainya. Untuk kertas, misalnya kertas surat kabar, dengan memiliki 5 hingga 7 orang ibu rumah tangga yang telah kita latih, bisa menghasilkan barang-barang yang bernilai. Khusus dari kertas surat kabar, kita sudah membuat tempat tisu, tempat air gelas, pot bunga, dan yang lainnya. Itu semua bukan disimpan, tapi juga telah banyak dijual,” katanya.

Dewi menyatakan, hasil kreativitas ibu-ibu rumah tangga itu, ikut membantu ekonomi kebutuhan sehari-hari, karena harga untuk tempat tisu yang terbuat dari kertas koran mampu terjual Rp50.000 hingga Rp150.000 per unit, tergantung besaran ukurannya.

Selain memanfaatkan kertas surat kabar, Bank Sampah tersebut juga mengolah barang bekas dari bahan plastik pembungkus makanan.

Dewi menjelaskan, untuk dari plastik pembungkus makanan itu, ibu-ibu rumah tangga juga bisa menghasilkan kreasi barang lainnya, seperti tas dan dompet.

“Ide-ide memanfaatkan barang bekas itu merupakan inspirasi dari nenek saya, yang dulu memanfaatkan kulit jagung menjadi barang yang layak jual. Jadi, saya pun mencoba kepada barang bekas yang dipungut pemulung, menjadi barang yang berguna, hasilnya sempurna, saya pun bisa,” ujar Dewi.

Lihat juga...