Produsen Gula Aren di Batanghari Butuh Perhatian Pemerintah

Ilustrasi gula aren - Foto Dokumentasi CDN

Desa Malapari merupakan desa sentra produksi gula aren di daerah itu. Saat ini ada sekitar 50 keluarga yang memproduksi gula aren. Dalam satu hari, satu keluarga di desa itu mampu memproduksi 100 hingga 150 bungkus gula aren.

Gula aren tersebut diproduksi dari air nira yang disadap dari pohon aren. Penyadapan air nira dari pohon aren tersebut merupakan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh orang-orang tua di desa itu.

“Membuat gula aren ini memang tradisi yang diturunkan oleh orang tua dari zaman dahulu. Zaman dahulu memproduksi gula aren ini merupakan pekerjaan pokok,” kata Warga Desa Malapari, Yayuk Enda Yulianti.

Penyadapan dan produksi gula aren tersebut dilakukan setiap hari oleh warga di daerah itu. terutama warga yang berada di rukun tetangga 05 Dusun Sungai Lais, Desa Malapari.

Pohon aren yang disadap merupakan pohon aren yang tumbuh secara liar di bantaran sungai Batanghari yang sudah ada sejak berpuluh tahun yang lalu.

Saat ini gula aren produksi daerah itu telah dipasarkan ke swalayan-swalayan yang ada di Kota Jambi seperti di Jambi Town Square, Trona, Fresco, Mandala dan juga di pasarkan di sawalayan serta pasar-pasar yang ada di daerah itu.

Pada bulan  Ramadan pemasaran gula aren hasil produksi daerah itu sampai keluar kabupaten dan provinsi, seperti Kabupaten Kerinci, Sarolangun, Provinsi Batam hingga Provinsi Sumatra Barat.

“Kalau ada pesanan dari luar daerah, kita produksi sesuai pesanan, biasanya dalam satu kali pemesanan bisa mancapai 500 bungkus,” kata Yayuk.

Dari tangan produsen gula aren tersebut dijual berdasarkan berat. Untuk gula aren dengan berat dua ons dijual seharga Rp3.500, yang berat 3 ons di jual seharga Rp5.000 dan dalam satu kilogramnya dijual seharga Rp20.000. (Ant)

Lihat juga...