Panglima TNI: Angkasa Yudha 2019, Arena Uji Doktrin TNI AU

Tentang capaian 98 persen itu, dia berkata, “Artinya apa? Bahwa prajurit TNI AU telah memiliki profesionalisme yang tinggi dan mampu mengoperasikan seluruh alutsista yang dimiliki pengadaan Rencana Strategis Pertama dan Rencara Strategis Kedua.”

Ia berkata, “Dan kami terus berpesan kepada pembina, dalam hal ini kepala staf TNI AU, untuk tetap menjaga profesionalisme prajurit itu. Itu yang kita harapkan. Nanti akan kami tampilkan pada Latihan Gabungan 2019 yang jatuh pada bulan September. Insyaallah akan juga mengundang bapak Presiden Republik Indonesia.”

Adapun doktrin yang akan disesuaikan adalah yang secara khusus terkait interoperabilitas dan komando kendali yang saat ini sedang dikembangkan sesuai dengan 11 strategi atau 11 kebijakan dari Panglima TNI.

“Di antaranya adalah membangun Network Centric Warfare yang tadi ditunjukkan pesawat (AEW&C) Boeing TNI AU, maupun pesawat tanpa awak. Bagaimana pesawat itu mampu mendapatkan target, kemudian diinformasikan kepada satuan yang ada di bawah, untuk bisa dikalkulasi dan dilaksanakan suatu penghancuran terhadap sasaran,” kata dia.

Panglima TNI mengatakan, wahana udara PTTA maupun Boeing B-737 dari Skuadron Udara 5 TNI AU dengan kemampuan pokok Airborne Early Warning and Control mampu men-downlink data dengan jarak yang begitu jauh, kurang lebih sampai dengan 60 mil laut.

“Kita lihat mereka bisa terus memonitor pergerakan pergerakan pesawat yang sedang bermanuver di bawah. Dan ini yang akan kita kembangkan terus, bagian dari pengembangan doktrin tiga angkatan, dari matra darat TNI juga mengembangkan network centric, matra laut demikian, dan TNI AU yang kita saksikan tadi,” katanya.

Lihat juga...