Kiai dan Santri di Jatim Dukung Aturan Area Bebas Rokok
JOMBANG – Para kiai dan santri dari beberapa pondok pesantren (Ponpes) di Jawa Timur (Jatim), serta Fatayat Nahdlatul Ulama melakukan komitmen bersama di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, mendukung peraturan tentang kawasan tanpa rokok, sebagai upaya menciptakan generasi muda sehat tanpa rokok.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, KH Sholahudin Wahid, mengatakan merokok dinilai lebih banyak mudharat (negatif) ketimbang manfaat, sehingga dirinya ikut mendorong agar pemerintah lebih serius lagi terkait dengan aturan tentang rokok.
“Seruan lagi ditujukan ke pemerintah. Saya harus terjun, karena itu lebih banyak mendatangkan mudharat ke masyarakat ketimbang manfaat, antara lain pita suaranya terkena,” katanya dalam acara pertemuan kiai, santri, dan Fatayat NU se-Jatim untuk pengendalian tembakau di Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Sabtu (20/7).
Ia mengatakan, pihaknya seringkali mengadakan sosialisasi tentang bahaya merokok termasuk memberikan contoh.
Bahkan, perokok pasif lebih rentan terkena imbas penyakit karena merokok. Misalnya, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho yang divonis menderita kanker paru, padahal ia tidak merokok. Selain itu, ibu-ibu maupun anak-anak juga rentan.
Di Pesantren Tebuireng, kata Gus Sholah, sapaan akrabnya, pihaknya sudah melarang adanya aktivitas merokok, terutama di areal sekolah. Hal itu diharapkan sebagai bentuk pengendalian agar para santri tidak merokok, dan mereka bisa lebih fokus untuk belajar.
Ia juga mengakui, perlu kerja sama berbagai pihak agar berkomitmen keras guna mengendalikan tembakau, baik dari unsur masyarakat termasuk antarpesantren maupun pemerintah.