JAKARTA – Penikmat musik, khususnya para pehobi album fisik, terperanjat saat mendengar kabar toko musik Aquarius Mahakam yang berlokasi di Blok M, Jakarta Selatan, tutup selamanya pada 2013.
Berselang dua tahun, giliran toko musik Duta Suara ikut serta menutup satu per satu cabangnya. Kini, hanya satu toko di bilangan Sabang, Jakarta Pusat, saja yang masih mengusung nama Duta Suara.
Nasib lebih tragis dialami Disc Tarra menyusul penutupan 40 gerai di seluruh Indonesia. Alasannya, penjualan album fisik musik terus menurun dari tahun ke tahun.
Terompet sangkakala seakan mengalun lebih cepat bagi toko-toko musik yang pernah menjadi saksi kejayaan musikus era 80-90an di Tanah Air. Sebutlah, Slank, Iwan Fals, Chrisye, Nike Ardila, Rhoma Irama, God Bless, dan sederet nama-nama legenda pemusik Indonesia yang moncer berkat toko-toko musik di berbagai kota.
Adalah layanan musik digital seperti Spotify, SoundCloud, YouTube, Apple Music, Joox, dan teman-teman mereka menjadi penyebab minat pasar yang terus anjlok untuk mengoleksi lagu-lagu dalam berbalut kemasan fisik.
Nilai praktis, cepat, dan tidak membutuhkan ruang yang ditawarkan layanan-layanan itu terus menggerogoti laba bahkan pendapatan toko-toko musik album fisik secara global. Meskipun di sisi lain, layanan secara daring (online) menyimpan kekurangan seperti adanya akses internet cepat dan aman tanpa serangan siber.
Perusahaan riset media sosial asal Kanada dan Inggris, Hootsuite dan We Are Social, pada awal Januari 2019, melaporkan data statistik tentang durasi akses Internet orang Indonesia yang rata-rata mencapai delapan jam 36 menit.