Jagung Titi Flotim Masih Diminati Pembeli
Editor: Mahadeva
LARANTUKA – Berkunjung ke Flores Timur (Flotim) tidak lengkap bila tidak mencicipi Jagung Titi, makanan khas yang juga menjadi komoditas oleh-oleh. Jagung Titi, diproses dari jagung yang ditumbuk menggunakan batu hingga pipih.
“Biasanya orang membeli Jagung Titi untuk oleh-oleh. Ada juga yang membelinya untuk dikonsumsi sendiri tetapi jumlahnya jarang. Lebih banyak yang beli orang Flores Timur di luar daerah atau wisatawan,” sebut Yohana Barek, penjual Jagung Titi, Selasa (18/6/2019).
Jagung Titi dijual Yohana, Rp20 ribu untuk satu mangkuk kecil. Bila membeli Rp50 ribu akan mendapat tiga mangkuk kecil. Ada dua jenis jagung titi, yakni jagung berwarna kuning dan putih. “Biasanya pembeli lebih suka jagung titi putih. Untuk jagung titi yang akan digoreng atau dipanaskan di oven biasanya pembeli memilih jagung titi yang berasal dari jagung yang benar-benar kering,” terangnya.
Untuk jagung yang setengah kering atau tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, bisa digoreng kembali. Tetapi, jagung titi muda tersebut tidak terlalu mengembang saat digoreng atau dipanaskan di oven. “Dalam sehari saya bisa mendapat pemasukan Rp200 ribu hingga Rp300 ribu. Bahkan pemasukan bisa lebih hingga mencapai Rp500 ribu sehari. Saya bisa untung Rp50 ribu sampai Rp100 ribu sehari,” ujarnya.

Permintaan jagung titi membuat Petronela Eda Weking (64), yang biasa disapa Mama Eda masih setia memproduksi. Ibu rumah tangga yang beralamat di Desa Lewohala, Kecamatan Ile Mandiri tersebut, saban hari selalu membuat jagung titi. “Jagung digoreng tanpa minyak goreng menggunakan periuk tanah atau tembikar. Menggorengnya dilakukan di tungku batu dengan bahan bakar kayu. Usahakan kayu bakarnya harus yang menyalanya bagus,” sebutnya.