Tanpa Asrama Mahasiswa, Cara Warga Maluku Berbaur dengan Masyarakat
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
YOGYAKARTA – Yogyakarta selama ini dikenal sebagai miniatur Indonesia. Julukan itu tak lepas, mengingat secara sosial Yogyakarta memiliki latar belakang penduduk yang sangat beragam.
Kota pendidikan dengan ratusan perguruan tinggi ini sejak lama memang telah diihuni oleh berbagai macam masyarakat dari berbagai suku bangsa yang ada di tanah air. Mulai dari ujung barat, utara hingga timur.
Perbedaan budaya tersebut memang tak jarang menimbulkan gesekan kecil hingga keributan antar kelompok di Yogyakarta. Hal ini tentu menjadi salah satu tantangan tersendiri dalam menjaga kebersamaan dan persatuan di masyarakat.
Setiap kelompok masyarakat di Yogyakarta, khususnya mahasiswa luar daerah memiliki cara atau strategi tersendiri dalam menjaga rasa kebersamaan tersebut. Seperti dilakukan para mahasiswa asal Maluku yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Maluku (Ikapelamaku).
Warga Maluku yang tinggal maupun menetap di Yogya mengaku selalu berupaya untuk menciptakan suasana aman di tengah masyarakat. Salah satunya dengan bersedia hidup berdampingan dan beradaptasi dengan kebudayaan serta kultur yang berlaku dalam masyarakat.
“Kami warga Maluku tidak mengenal adanya asrama mahasiswa. Itu kami lakukan agar adik-adik pelajar dan mahasiswa bisa tinggal di rumah kos serta bergaul dengan masyarakat, juga tidak menutup diri,” jelas Sekjen Ikapelamaku, Muhammad Rizaldi Umarela, dalam diskusi yang digelar di Polda DIY, baru-baru ini.
Dalam kesempatan itu, Rizaldi mengatakan, munculnya sejumlah persoalan seperti gesekan yang berujung pada keributan di sejumlah wilayah di Indonesia selama ini hendaknya tak dikaitkan dengan kelompok maupun asal daerah tertentu.