MUI Apresiasi Program Ramadan Sesuai Standar Siaran Religi

Editor: Koko Triarko

Menurutnya, program TV berlabel Ramadan atau menggunakan istilah lain terkait Ramadan, masih banyak ditemukan yang isinya, gaya pembawaannya, dan pilihan waktu tampilannya tidak sejalan dengan spirit Ramadan.

Hal itu dari pemantau, seperti tahun-tahun sebelumnya, terutama banyak terjadi pada program komedi, tayangan live, atau sinetron. Trio Trans TV, Trans 7, dan ANTV masih mendominasi program yang paling banyak dikritik.

“Ini sangat disayangkan, karena Trans Corp juga memproduksi sejumlaj program positif,” ujarnya.

Ada model program positif yang menjadi catatan tim pemantau MUI, seperti AKSI Indosiar dan Qori Indonesia. Yakni, disayangkan tampilan host atau pembawa acara yang berasal dari komedian tercatat melakukan aksi yang tidak patut. Seperti rayuan pada lawan jenis dan ejekan fisik.

AKSI Indosiar, ditemukan selingan candaan bersifat hinaan oleh pembawa acara. Yaitu  Ramzi, Irvan Hakim, Gilang Dirga, Abdel dan Uyaina Arshad.

Irvan Hakim, misalnya, menyatakan ejekan, ‘Kanan gundul, kiri gundul, tengah pohon cabe.’  Lalu, Abdel mengejek gaya duduk Mpok Lemeh, yang sudah tua, dan membandingkan secara fisik dengan Nanda dan Dinda, diperbandingkan secara fisik.

Qori Indonesia di RTV, pembawa acara Abdel mengeluarkan kata rayuan untuk peserta perempuan.

“Ini tidak patut dilakukan, tidak sejalan dengan standar siaran religi yang diserukan MUI,” tukasnya.

Selain itu, Jelang Bedud di TVRI. Penceramah, Ustadz Wijayanto, bercanda dengan menyebut hajar aswad (batu hitam) sambil menunjuk ke muka pembawa acara Ihsan.

Curhat Dong Mah di Indosiar. Yakni, sebut dia, kualitas jawaban Mamah Dede mengenai hukum posting kegiatan ibadah di media sosial, bersifat dangkal, generalisasi dan vonis. Bacaan lafadz huruf fa menjadi pa.

Lihat juga...