Minyak Jatuh ke Level Terendah karena Kekhawatiran Perang Dagang
Premi Brent atas WTI, sementara itu turun menjadi sekitar 10 dolar AS per barel, jatuh dari tertinggi dalam lebih dari empat tahun di 11,59 dolar AS pada Rabu (29/5/2019).
“Perang perdagangan AS-China yang meningkat merupakan risiko bagi pasar minyak,” kata Bernstein Energy dalam sebuah catatan.
Seorang diplomat senior China membandingkan aksi perdagangan dari Washington dengan “terorisme ekonomi terbuka.”
Bernstein Energy mengatakan di bawah “skenario perang perdagangan penuh,” permintaan minyak global akan tumbuh hanya 0,7 persen pada tahun ini, setengah dari perkiraan saat ini.
Karena melemahnya permintaan, Bernstein mengatakan setiap kenaikan untuk pasar minyak dibatasi meskipun pasokan relatif terbatas.
Harga minyak tahun ini telah didukung oleh pengurangan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen utama lainnya, serta oleh penurunan pasokan dari anggota OPEC Iran dan Venezuela karena sanksi Amerika Serikat.
Ekspor minyak mentah Iran pada Mei turun hingga kurang dari setengah level April di sekitar 400.000 barel per hari (bph), setelah Amerika Serikat memperketat sanksi terhadap sumber pendapatan utama Teheran. Iran perlu mengekspor setidaknya 1,5-2,0 juta barel per hari minyak mentah untuk menyeimbangkan pembukuannya.
“Kami melihat banyak risiko eskalasi sebagian besar karena sanksi AS membuat Iran mengalami kesulitan ekonomi yang hampir tidak pernah terjadi sebelumnya,” kata Helima Croft, direktur pelaksana RBC Capital Markets.
Para pemimpin Arab berkumpul di Arab Saudi pada Kamis (30/5/2019) untuk KTT darurat yang diharapkan Riyadh akan menyampaikan pesan kuat kepada Iran bahwa kekuatan regional akan membela kepentingan mereka terhadap ancaman setelah serangan terhadap aset minyak Teluk bulan ini.