Keunikan Rumah Adat Betiang di Anjungan Jambi TMII
Editor: Mahadeva
Rumah adat Betiang di anjungan Jambi TMII dimanfaatkan sebagai sarana pameran ragam budaya Jambi. Mulai dari busana adat dari Batanghari, Kerinci, Tebo Jambi, Bungo Jambi, Muaro Jambi, Sarolangan, Merangi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Kota Sungai Penuh semua dapat ditemui. Tersaji juga busana adat sehari-hari masyarakat Jambi.
Keunikan songket Jambi, sebagai karya kerajinan sulaman yang tinggi nilainya dan mempunyai keistimewaan tersaji pula. Songket dari kain beludru menggunakan benang sutra, berdesain motif daun sulur dan bunga. “Detail sulaman yang cermat mengambarkan sebuah tradisi adat istiadat masyarakat Jambi yang masih kuat,” ujarnya.
Tersaji pula ragam senjata tradisional masyarakat Jambi, seperti keris dan tombak. Ada pula alat musik tradisional yaitu rebana. Salah satu kesenian yang menonjol adalah tari. Beragam tarian dimiliki masyarakat Jambi. Yang sudah dikenal diantaranya, tari Rangkuk, Selampit, Kelik Elang dan Nelayan.
Beberapa hasil industri kerafian lokal juga ditampilkan, seperti anyaman rotan, pandan sulaman, tenun dan batik. Sebagai gambaran lingkungan daerah Jambi, di anjungan Jambi TMII juga ditampilkan patung-patung binatang gajah, harimau dan beruang lengkap dengan sungai yang menggambarkan sungai Batanghari dan suasana alamnya.
Pada halaman anjungan terdapat teratak, yang merupakan alat untuk menumbuk padi. Adat istiadat yang masih tetap dipertahankan, sering ditampilkan lewat acara-acara khusus. Seperti melalui tari-tarian dan peragaan busana adat.
Witta menyebut, cikal bakal Provinsi Jambi, dimulai pada 6 Januari 1948. Diawali terbentuknya pemerintahan Kota Jambi pada 17 Mei 1946. Kota Jambi resmi menjadi Ibukota Provinsi Jambi pada 6 Januari 1957, sesuai dengan UU No.61/1958, di era pemerintahan Gubernur Djamin Datuk Bagindo ( 1957 ). Kemudian berlanjut kepada Gubernur berikutnya Joesoef Singedekane (1957-1966).