Keunikan Rumah Adat Betiang di Anjungan Jambi TMII

Editor: Mahadeva

Di depan replika pelaminan Putro Ratno, tepatnya sebelah kanan terdapat replika Tarian Sekapur Sirih. Tarian ini digunakan oleh Raja Sepucuk Jambi Sembilan Lurah jaman dahulu untuk menyambut tamu agung.  “Hingga saat ini, tarian ini masih disuguhkan oleh Pemerintah Jambi untuk menyambut tamu agung. Tarian Sekapur Sirih ini khas budaya Jambi,” ujarnya.

Berlanjut ke ruang pendapuran yang ada dalam rumah Betiang. Dari ruang induk ke ruang dapur, terdapat ruangan bernama Garang. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat mencuci piring, mengolah bahan-bahan yang akan dimasak, menumbuk padi dan menanam bumbu-bumbuan, seperti kunyit, lengkuas dan sebagainya.

Pada bagian belakang rumah adat Betiang, terdapat bangunan kecil yang bernama Blubur. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan pertanian, padi dan hasil panen lainnya. Di sebelah rumah adat Betiang, tersaji ukiran menarik berbentuk dua ekor Angsa mengapit sebilah keris.

Angsa ini merupakan simbol perahu tradisional daerah Jambi, yang disebut Kajang Lako. Perahu ini digunakan oleh para bangsawan pada upacara-upacara resmi yang disertai hiburan seperti upacara perkawinan. Lalu setelah upacara, kedua mempelai dan keluarga pergi pesiar menggunakan perahu tersebut.

Witta menyebut, rumah adat Betiang masih dilestarikan masyarakat Jambi. Bisa ditemui di seberang sungai Batanghari. “Diseberang Kota Jambi, masih banyak rumah Betiang dengan adat istiadat yang terus dilestarikan,” ujarnya.

Kehadiran rumah adat Betiang di Anjungan Jambi TMII dimanfaatkan untuk mempromosikan seni budaya Jambi.”Jadi orang tidak perlu datang ke Jambi untuk melihat bagaimana keadaan Jambi. Cukup datang ke TMII sudah bisa tahu sekelumit tentang Jambi. Kami bersyukur dengan adanya TMII sebagai ikon budaya bangsa, Jambi bisa tampil,” ungkapnya.

Lihat juga...