Keistimewaan Masjid Soko Tunggal, Dibuat Tanpa Paku
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
“Dalam ruangan utama masjid terdapat 1 soko guru sebagai tiang penyangga utama dengan 4 batang saka bentung. Sehingga total berjumlah 5 buah. Ini perlambang Pancasila. Soko guru merupakan lambang sila yang pertama. Sedang 4 lainnya lambang sila berikutnya,” katanya.
Pada bagian atap masjid juga terdapat usuk sorot yang dipasang memusat seperti jari-jari payung, dan disebut juga peniung, merupakan lambang kewibawaan negara yang melindungi rakyatnya. Sementara sejumlah ornamen ukir-ukiran pada soko juga mengandung makna tertentu.
Ukiran praba, berarti bumi, tanah, kewibawaan. Ukiran saton berarti menyendiri, sawiji. Ukiran sorot berarti sinar cahaya matahari. Tlacapan berarti panggah, yaitu tabah dan tangguh. Ceplok-ceplok artinya pemberantas angkara murka. Ukiran merong artinya maejan sebagai simbol kematian atau kembali kepada Tuhan.
“Disitu juga terdapat motif bunga dengan daun dan tetesan embun. Harapannya siapa yang salat di sini akan mendapatkan anugerah dari Tuhan,” katanya.
Tak hanya ukiran, bentuk bangunan atau konstruksi masjid juga memiliki makna masing-masing. Seperti Bahu Dayung yang artinya siap menghadapi godaan iblis angkara murka. Sunduk yang artinya menjalar untuk mencapai tujuan. Uleng artinya wibawa. Singup artinya keramat, Bandoga artinya hiasan pepohonan, tempat harta karun. Dan Tawonan berarti gana, manis, penuh.

Sementara itu rangka-rangka masjid yang dibentuk sedemikian rupa juga memiliki makna. Seperti Saka Brunjung yang melambangkan upaya mencapai keluhuran wibawa melalui lambang tawonan. Dudur adalah lambang ke arah cita-cita kesempurnaan hidup melalui lambang Bandoga. Balok/Saka Bindi lambang mencapai cita-cita kesempurnaan hidup melalui lambang Gonjo.