Angka Putus Sekolah di Desa Roga, Ende Masih Tinggi

Editor: Makmun Hidayat

Sebagai kepala desa dirinya pun selalu mengimbau agar warga menempuh pendidikan tinggi apalagi potensi pertanian di Desa Roga sangat menjanjikan sehingga biaya kuliah tidak terlalu sulit.

“Untuk kuliah di kota Ende saja ataukah di kota Kupang banyak orangtua yang mampu membiayai. Tetapi mungkin saja pengaruh dari lingkungan juga sangat besar sehingga hanya anak-anak tertentu saja yang melanjutkan hingga tamat kuliah,” ujarnya.

Stefanus pun mengakui, dirinya juga merupakan sarjana S1 dari Universitas Terbuka (UT) yang ada di kota Ende. Setelah kembali ke kampung halaman, dirinya pun dipilih menjadi kepala desa sehingga sementara berhenti mengajar di SDK Toba Desa Roga.

Markus Pao, warga Desa Roga, mengaku banyak anak muda yang malas bersekolah karena jarak sekolahnya sangat jauh dari desanya. Selain itu, anak-anak muda juga malas sekolah karena lebih memilih bekerja sebagai petani.

“Banyak anak muda yang malas melanjutkan sekolah setelah tamat SMP dan memilih untuk merantau dan bekerja di Kalimantan di perusahaan kelapa sawit atau di tambang. Ada juga yang bekerja di Ende sebagai kuli bangunan dan kembali ke kampung bila tidak ada pekerjaan lagi,” tuturnya.

Bila potensi pertanian di desa ini digarap secara lebih maksimal, sebut Markus, maka petani pasti akan lebih sejahtera. Dirinya berharap agar pemerintah membantu memberikan pelatihan dan menyiapkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang selalu datang ke Roga memberikan penyuluhan.

Lihat juga...