Pertumbuhan Ekonomi Maluku, Diprediksi Melambat

Produk UKM, ilustrasi -Dok: CDN

AMBON – Pengamat ekonomi asal Maluku, Izaac Tonny Matitaputty, memprediksikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada 2019 akan melambat di beberapa sektor, akibat tingginya biaya transportasi udara.

“Menurut hemat saya, pertumbuhan ekonomi kita jika dibandingkan pada 2018, akan sedikit lebih melambat pada tahun ini,” kata Izaac Tonny Matitaputty, di Ambon, Kamis (18/4/2019).

Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Ekonomi (LPPE) Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, itu mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Maluku dipicu oleh tingginya biaya transportasi udara yang naik dua hingga tiga kali lipat dari biasanya.

Jika pada tahun-tahun sebelumnya, biaya transportasi udara hanya berkisar antara Rp1 juta hingga Rp2 jutaan pada saat season peak, sekarang meningkat menjadi Rp3 juta hingga Rp4 juta per sekali penerbangan ke dalam maupun keluar Provinsi Maluku.

Tingginya biaya angkutan transportasi udara diprediksi akan memberi pengaruh besar terhadap menurunnya pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, seperti pariwisata dan usaha kecil menengah.

Selain itu, lambatnya pertumbuhan ekonomi juga bisa berdampak pada ketimpangan pembangunan, terutama dari segi tipologi klassen daerah-daerah yang cenderung tertinggal pada tahun sebelumnya, seperti Kabupaten Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, Buru Selatan dan Maluku Barat Daya.

“Hampir semua barang, baik itu sandang, pangan maupun papan kita dapatkan dari luar daerah, sementara ongkos tiket pesawat terbang maupun bagasinya saat ini lebih mahal dari biasanya, ini tentunya juga akan membuat harga-harga di sektor lainnya cenderung meningkat,” ucapnya.

Lihat juga...