Panen Singkong Melimpah, Warga Membuat Gaplek dan Tiwul

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Panen singkong di Desa Negeri Agung, Kecamatan Gunung Pelindung Lampung Timur melimpah. Untuk mengawetkan hasil panen, warga membuat gaplek dan tiwul dari tanaman yang memiliki nama ilmiah Manihot utilissima tersebut.

Hal tersebut menjadi pilihan setelah sebagian hasil panen dijual untuk membuat tepung tapioka. Sri Rahayu, warga Desa Negeri Agung menyebut, singkong ditanam dengan metode stek batang dan bisa dipanen di usia tanam empat bulan. Singkong diawetkan dengan pengeringan dan dibuat menjadi gaplek dan tiwul.

Pengawetan dilakukan, sebagai cara untuk menyimpan singkong untuk kebutuhan bahan makan alternatif keluarga. “Singkong ditanam sebagai sumber makanan alternatif, dan bisa dijual sebagai sumber penghasilan tambahan,” ujar Sri saat ditemui Cendana News, Senin (8/4/2019).

Singkong dijual untuk membuat tepung tapioka seharga Rp500 perkilogram. Pembuatan gaplek dan tiwul, dimaksudkan juga untuk memberi nilai tambah dari singkong yang diterima petani. Perkilogram gaplek, bisa dijual Rp4.000. Sementara, butiran tiwul yang sudah dikeringkan, dapat dijual Rp8.000 perkilogram. “Saat dibuat menjadi gaplek serta tiwul singkong bisa lebih awet, untuk disimpan dalam waktu lama,” papar Sri Rahayu.

Ibu-ibu di Lampung Timur menanam singkong di halaman rumah – Foto Henk Widi

Petani lain, Paini, menyebut, warga membudidayakan singkong untuk berbagai kebutuhan. Penanaman dilakukan terjadwal, agar bisa memanen singkong setiap bulan. Dengan usia panen empat bulan, Paini menanam tiga kali dalam setahun, agar bisa panen secara rutin.

Lihat juga...